Tumbuhan memiliki keanekaragaman senyawa organik. Keberadaan
rasa, fungsi energi, fungsi khasiat dan lainnya dari suatu bahan disebabkan
adanya senyawa kimia yang bertanggungjawab terhadap fungsi tersebut. Di dalam
tumbuhan, senyawa-senyawa ini dibentuk dan diuraikan melalui proses
metabolisme, yaitu metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Contoh senyawa
metabolit primer yaitu protein, karbohidrat, lipida dan asam nukleat. Contoh
senyawa metabolit sekunder, yaitu alkaloid, terpenoid, flavonoid, tanin dan
saponin. Hasil dari metabolit sekunder inilah
yang memiliki fungsi sebagai senyawa berkhasiat obat. Contohnya flavonoid pada
alpukat yang memiliki efek anti hipertensi, tanin dalam daun jambu biji yang
memiliki efek anti diare dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dalam pengobatan tradisional, digunakan tanaman utuh atau
bagian dari tanaman baik dalam bentuk serbuk, rebusan, atau ekstrak (tanaman
tunggal atau campuran tanaman boleh digunakan). Pada obat modern, beberapa obat
berasal dari tanaman kebanyakn digunakan sebagai senyawa murni dan beberapa
merupakan ekstrak atau tingtur terstandarisasi. Untuk mendapatkan senyawa murni
dari senyawa aktif tanaman berkhasiat obat, diperlukan teknologi pemisahan ekstraksi
yang tepat. Metode ekstraksi yang biasa digunakan ada 2 jenis, yaitu ekstraksi
padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Hal-hal yang berpengaruh dalam ekstraksi,
yaitu jenis pelarut yang digunakan, volume pelarut, temperatur, ukuran
partikel, pengadukan dan lamanya waktu ekstraksi yang dilakukan.
Estraksi Soxhlet
Dalam skala laboratorium, ekstraksi padat-cair dengan
pemanasan yang sering digunakan adalah ekstraksi soxhlet. Pada ekstraktor soxhlet,
pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut
kemudian masuk ke dalam kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam bentuk
fasa cair. Kemudian, pelarut masuk ke dalam selongsong yang berisi padatan
(sampel). Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai
tinggi pelarut dalam pipa sifon sama tingginya dengan tinggi pelarut
selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan mengalir masuk kembali ke dalam
labu didih dan kembali diuapkan. Proses ini akan berlangsung secara continyu
sampai seluruh zat berhasil diekstrak.
Maserasi
Metode ekstraksi dengan maserasi ini digunakan untuk
mengestraksi zat yang mudah rusak dengan pemanasan. Prinsip ekstraksi dengan
metode ini yaitu dengan cara merendam sampel dengan pelarut dengan atau tanpa
pengadukan pada suhu ruang. Metode ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding
dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan proses ekstraksi akan sempurna karena dapat diatur
berdasarkan lamanya waktu perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut yang
tepat akan memberikan efektifitas yang tinggi pada proses maserasi.
Perkolasi
Perkolasi merupakan proses ekstraksi dengan cara melewatkan
pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik yang
diekstrak. Metode ekstraksi dengan perkolasi ini hanya efektif untuk jenis
bahan dengan tingkat kelarutan yang sangat tinggi. Artinya, efektifitas proses
ini hanya akan lebih besar jika senyawa organik yang ada dalam bahan atau sampel
sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.
Sumber : Setyaningsih D, et
al. 2013. Buku Penuntun Praktikum Teknologi Minyak Atsiri, Rempah dan
Fitofarmaka. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar