Pengujian organoleptik
adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan
sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat
indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra
yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental
(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan
yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati
atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan (Lawless 1998).
Ambang mutlak (Absolute
threshold) adalah jumlah benda rangsang terkecil yang sudah mulai
menimbulkan kesan. Misalnya konsentrasi yang terkecil dari larutan garam
yang dapat dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya yaitu air murni.Pengukuran
ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah (50%) dari jumlah panelis
dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang
dinilai.
Ambang
pengenalan (recognition threshold) dapat dikacaukan dengan ambang
mutlak. Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang mulai diperoleh atau
dirasakan maka pada ambang pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi
jenis kesan. Dalam hal ini jika kesan kesan itu berupa rasa asin, misalnya rasa
asin itu betul-betul mulai dapat diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak mungkin rasa asin itu belum
diidentifikasi dengan tepat, baru dapat diketahui adanya rasa yang berbeda
dengan bahan pelarutnya. Perbedaan ini
menyangkut juga metode pengukurannya yang berbeda dengan ambang pengenalan dan
ambang mutlak. Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75% panelis dapat
mengenali rangsangan. Jadi ambang pengenalan dapat diidentifikasikan sebagai
konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul.
Ambang pembedaan (difference threshold) berbeda
dengan ambang pengenalan dan juga ambang mutlak. Ambang pembedaan merupakan
perbedaan terkecil dari rangsangan yang masih dapat dikenali. Besarnya ambang
pembedaan tergantung dari jenis rangsangan, jenis penginderaan dan besarnya
rangsangan itu sendiri. Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan
rangsangan yang sama. Jika dua rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya maka
akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat
rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Difference
threshold dapat ditentukan dengan menggunakan standar lebih dari
satu, biasanya sekitar empat standar. Masing-masing standar akan dibandingkan
dengan sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi
yang dapat dideteksi dengan benar oleh 75% panelis adalah perbedaan konsentrasi
yang mencerminkan difference threshold. Ambang
pembedaan berbeda besarnya tergantung dari beberapa faktor. Disamping
tergantung pada jenis rangsangan dan jenis penginderaan juga tergantung pada
besarnya rangsangan itu sendiri (Kartika dkk 1988).
Ambang batas juga disebut terminal threshold yang
merupakan rangsangan terbesar yang jika kenaikan tingkat rangsangan dapat
menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga ambang tersebut diatas
diterapkan batas terendah maka pada ambang batas diterapkan batas atas. Kemampuan
manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan tidak selamanya sebanding
dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus menerus
dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan.
Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan
disebut ambang batas. Ambang batas juga bisa ditentukan dngan menetapkan
rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak lagi
mempengaruhi tingkat intensitas kesan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan uji ambang rangsangan antara lain tingkat kenaikan rasa, kesan,
konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan atau dengan penalaran
praktikan sebagai panelis sehingga tingkat nilai hasil pengujian terlihat
sangat bagus, panelis melakukan uji ambang rasa dengan teknik yang benar
misalnya untuk rasa manis menggunakan ujung lidah, rasa asin pada tengah dan
pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah, dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah, bisa juga karena panelis memiliki kepekaan terhadap rasa yang
baik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan uji ambang rangsangan
yaitu panelis yang melakukan
uji sedang tidak dalam kondisi prima, panelis belum makan sesuatu apapun untuk
sarapan, panelis tidak melakukan respon yang spontan terhadap kesan yang
didapat sehingga perlu berulang kali mencoba, bisa juga karena panelis belum
terbiasa atau berpengalaman sehingga kurang dapat membedakan kesan dari alat
indera terhadap reaksi atau rangsangan yang diterima (Soekarto 1985).
Syarat-syarat
untuk mengikuti uji
organoleptik antara lain ada contoh yang
diuji sebagai benda perangsang, panelis sebagai penguji tidak boleh dalam
keadaan stress atau tertekan dan harus dalam kondisi sehat/ prima, panelis
tidak boleh dalam keadaan lapar, panelis harus menyatakan respon yang jujur
yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau
meniru orang lain.
Terimakasih, barakallah...
BalasHapus