Proses pemurnian minyak atsiri dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu secara fisika dan kimia.
A.
Proses Fisika
Salah satu pemurnian dengan proses fisika
adalah metode redestilasi dan distilasi fraksinasi. Prinsip kerja metode
redestilasi adalah menyuling ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada
perbandingan minyak dan air sekitar 1:5 dalam labu destilasi, kemudian campuran
tersebut didestilasi. Minyak yang dihasilkan akan terlihat jauh lebih jernih.
Salah satu penelitian memperlihatkan hasil penyulingan ulang pada minyak nilam
dengan metode redestilasi, ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) minyak dari 4% menjadi 83,4% dan menurunkan kadar Fe dari 509,2
ppm menjadi 19,60 ppm. Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena
komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya sehingga
komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya.
B.
Proses Kimia
1. Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses difusi suatu
komponen pada suatu permukaan atau antar partikel. Dalam absorbsi terjadi
proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat
atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul lainnya. Untuk proses tersebut, bisa
digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah
diatomae) ataupun non-polar (arang aktif). Secara umum, metode adsorbsi
ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan metode pemucatan dan penarikan
air.
Gambar 1. Diagram alir pemurnian minyak atsiri dengan adsorben |
·
Pemucatan
Proses pemucatan pada minyak atsiri
bertujuan untuk menghasilkan warna minyak yang lebih baik (lebih cerah) dengan
cara menggunakan adsorben untuk menyerap warna. Daya penyerapan adsorben
terhadap warna dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bobot jenis, ukuran
partikel dan pH adsorben. Semakin rendah bobot jenis adsorben, maka semakin
efektif penyerapan terhadap warna. Sedangkan untuk ukuran partikel dan pH,
sebaiknya ukuran partikelnya halus dan pH adsorben mendekati netral.
·
Proses Penarikan Air
Penarikan air bertujuan untuk mengambil
sejumlah air yang terkandung dalam minyak atsiri agar mutunya dapat meningkat.
Adanya kandungan air dalam minyak atsiri akan memperbesar risiko terjadinya
proses hidrolisis pada minyak. Proses hidrolisis umumnya terjadi pada minyak
yang mengandung ester, misalnya pada minyak lavender. Proses ini akan membentuk
asam bebas dan alkohol. Biasanya, pada proses penarikan air digunakan adsorben
berupa senyawa Na2SO4 anhidrat atau
menggunakan kain teflon.
2. Pengkelatan
Pengkelatan adalah proses pengikatan logam dengan cara menambahkan
senyawa pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat. Proses
pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorbsi, hanya saja
adsorben pada proses ini diganti dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkelat
yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, yaitu asam sitrat,
asam malat, asam tartarat dan EDTA.
3.
Deterpenasi
Deterpenasi merupakan proses penghilangan
seluruh atau sebagian senyawa terpen yang terkandung dalam minyak atsiri.
Setiap jenis minyak atsiri mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda sehingga
pemisahan senyawa terpen dari masing-masing minyak membutuhkan proses yang
khusus. Metoda umum pemisahan atau pengurangan terpen antara lain dengan metode
distilasi bertingkat dalam kondisi vakum, ekstraksi secara selektif dengan
menggunakan pelarut (cair-cair), dan kromatografi menggunakan silika gel.
Sumber : Buku Penuntun Praktikum “Teknologi Minyak Atsiri, Rempah dan
Fitofarmaka”. Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB.