Transesterifikasi
Metode
transesterifikasi merupakan metode yang umum digunakan dalam pengolahan
biodiesel. Pada dasarnya, metode ini memiliki 4 tahapan proses, yakni :
- Pencampuran katalis alkalin (umumnya NaOH atau KOH) dengan alkohol (metanol atau etanol) pada konsentrasi katalis antara 0.5-1 wt% dan 10-20 wt% metanol terhadap massa minyak.
- Pencampuran alkohol dan katalis dengan minyak pada temperatur 550C dengan kecepatan pengadukan konstan selama 30-45 menit.
- Setelah reaksi berhenti, campuran didiamkan hingga terjadi pemisahan antara metil ester dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ini sering disebut dengan crude biodiesel karena masih mengandung zat-zat pengotor, seperti sisa metanol, sisa katalis alkalin, gliserol dan sabun.
- Metil ester yang dihasilkan pada tahap ketiga dicuci menggunakan air hangat untuk memisahkan zat-zat pengotor dan kemudian dilanjutkan dengan drying untuk menguapkan air yang terkandung dalam biodiesel.
Esterifikasi
Jika bahan
baku yang digunakan adalah minyak dengan kadar FFA tinggi (>5%), seperti
mnyak jelantah, PFAD (palm fatty acid
distilate), CPO low grade, dan
minyak jarak, maka proses transesterifikasi yang dilakukan untuk mengkonversi
minyak menjadi biodiesel menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, bahan-bahan
diatas perlu melalui tahap proses pra-esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA
hingga dibawah 5%.
Pada umumnya,
proses esterifikasi menggunakan katalis asam, seperti asam sulfat dan asam
klorida. Pada tahap ini akan diperoleh minyak dengan campuran metil ester kasar
dan metanol sisa yang kemudian dipisahkan. Lalu, proses esterifikasi
dilanjutkan dengan proses esterifikasi alkalin (transesterifikasi) terhadap
produk tahap pertama diatas dengan menggunakan katalis alkalin. Pada proses ini
digunakan katalis sodium hidroksida 1 wt% dan alkohol (umumnya metanol) 10 wt%.
Kedua proses ini dilakukan pada temperatur 550C. Pada proses ini
dihasilkan metil ester di bagian atas dan gliserol di bagian bawah. Kemudian
dilakukan pemisahan antara metil ester dan gliserol. Setelah dipisahkan, metil
ester kemudian dimurnikan dengan menggunakan air hangat dan dikeringkan untuk
menguapkan kandungan air yang ada pada metil ester. Metil ester yang telah
dimurnikan ini selanjutnya sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel.
Produksi Biodiesel Dengan Katalis Biologis (Biocatalyst)
Seperti
namanya, katalis biologis, proses pengolahan minyak menjadi biodiesel ini
menggunakan katalis dari makhluk hidup (mikroorganisme). Pengembangan katalis
biodiesel ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta untuk
menghilangkan terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam biodiesel kasar yang
sering timbul pada proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis kimiawi.
Ada beberapa
macam katalis biologis yang sedang dikembangkan oleh beberapa peneliti dari
berbagai perguruan tinggi dan lembaga
penelitian, yaitu Candida antartica B,
Rizhomucor miehei, dan Pseudomonas cepacia. Namun, penggunaan katalis
biologis ini masih memilki kelemahan bila dibandingkan dengan katalis kimiawi
karena harga katalis biologis yang masih mahal.
Produksi Biodiesel Tanpa Katalis
Pada proses
produksi biodiesel tanpa katalis ini, proses transesterifikasi dilakukan pada
suhu dan tekanan yang sangat tinggi, yaitu sekitar 3500C dengan
tekanan 43 Mpa. Proses ini sering disebut dengan proses transesterifikasi
superkritik metanol. Rasio mol antara minyak dengan alkohol yang digunakan
mencapai 1 : 42. Proses ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu tidak dipengaruhi
oleh kondisi bahan karena asam lemak bebas (FFA) yang terkandung dalam bahan
akan teresterifikasi menjadi metil ester secara simultan, tingkat konversi
minyak menjadi metil ester tinggi, waktu proses lebih singkat, dan tidak
dipengaruhi oleh keberadaan air. Di dalam proses ini juga tidak ada sabun yang
terbentuk sehingga mengurangi biaya pengolahan limbah. Namun, kelemahan dari
proses ini adalah membutuhkan safety treatment karena prosesnya yang melibatkan
suhu dan tekanan yang tinggi.
Untuk
mengatasi kelemahan tersebut, saat ini peneliti telah mengembangkan metode
proses biodiesel tanpa katalis dengan menambahkan co-solvent CO2 yang berfungsi untuk menurunkan suhu dan
tekanan pada saat proses transesterifikasi menjadi sekitar 2800C.
Tidak hanya itu, proses pengolahan biodiesel tanpa katalis juga sudah
dikembangkan dengan penggunaan reaktor kolom gelembung (bubble column reactor) yang dapat bekerja pada tekanan 1 atm dengan
suhu sekitar 3000C. Hal ini berkorelasi positif dengan energi yang
diperlukan dalam proses transesterifikasi menggunakan metanol superkritik.
Sumber : Hambali, Erliza, et al.
2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar