Bungkil jarak merupakan produk samping dari ekstraksi minyak
jarak. Seiring dengan gema pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dari minyak
jarak, salah satu hal yang perlu diantisipasi adalah bagaimana mengolah limbah
bungkil yang akan dihasilkan.
Buah jarak memiliki berat rata-rata 2,1 g dengan berat biji
sekitar 0,53- 0,86 g. Rasio biji dengan bagian lain berkisar 70:30 (w/w),
karena dalam satu buah rata-rata terdapat tiga biji. Rasio antara daging biji
(kernel) dan kulit biji (shell) berkisar 60:40 (w/w) (Makkar et al. 1997).
Karakteristik fisik buah jarak pagar dari beberapa varietas dapat dilihat pada
tabel berikut.
Jika produksi biji jarak 7,5-10 ton/ha/tahun, maka diperoleh
kulit buah sekitar 3,21-4,28 ton , kulit biji 3-4 ton dan bungkil biji sekitar
5,25-7 ton sehingga total yang dihasilkan 11,46-15,28 ton limbah untuk
menghasilkan 2-2,5 ton minyak jarak. Presentase
limbah yang cukup besar ini tentunya memerlukan pengolahan yang tepat.
Salah satu bentuk pemanfaatan limbah bungkil jarak pagar
yang paling tepat adalah mengolahnya menjadi biobriket. Disamping dapat
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, pengolahan menjadi biobriket juga
dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kelangkaan energi karena biobriket
merupakan salah satu bentuk energi alternatif pengganti minyak tanah dan gas.
Bungkil jarak sangat baik untuk dijadikan bahan baku
biobriket. Sebagai limbah pengepresan, bungkil jarak masih mengandung minyak
dalam jumlah kecil. Proses pembuatan biobriket dari bungkil jarak ini pun
sangat mudah dan sederhana, seperti halnya pembuatan briket lainnya. Dengan
demikian, selain dapat memberikan nilai tambah yang lebih pada limbah jarak,
pembuatan biobriket ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bakar yang
lebih murah dan mudah sebagai pengganti minyak tanah dan gas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar