Mei 04, 2013

TEKNOLOGI EKSTRAKSI REMPAH DAN FITOFARMAKA


Tumbuhan memiliki keanekaragaman senyawa organik. Keberadaan rasa, fungsi energi, fungsi khasiat dan lainnya dari suatu bahan disebabkan adanya senyawa kimia yang bertanggungjawab terhadap fungsi tersebut. Di dalam tumbuhan, senyawa-senyawa ini dibentuk dan diuraikan melalui proses metabolisme, yaitu metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Contoh senyawa metabolit primer yaitu protein, karbohidrat, lipida dan asam nukleat. Contoh senyawa metabolit sekunder, yaitu alkaloid, terpenoid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil dari metabolit  sekunder inilah yang memiliki fungsi sebagai senyawa berkhasiat obat. Contohnya flavonoid pada alpukat yang memiliki efek anti hipertensi, tanin dalam daun jambu biji yang memiliki efek anti diare dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dalam pengobatan tradisional, digunakan tanaman utuh atau bagian dari tanaman baik dalam bentuk serbuk, rebusan, atau ekstrak (tanaman tunggal atau campuran tanaman boleh digunakan). Pada obat modern, beberapa obat berasal dari tanaman kebanyakn digunakan sebagai senyawa murni dan beberapa merupakan ekstrak atau tingtur terstandarisasi. Untuk mendapatkan senyawa murni dari senyawa aktif tanaman berkhasiat obat, diperlukan teknologi pemisahan ekstraksi yang tepat. Metode ekstraksi yang biasa digunakan ada 2 jenis, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Hal-hal yang berpengaruh dalam ekstraksi, yaitu jenis pelarut yang digunakan, volume pelarut, temperatur, ukuran partikel, pengadukan dan lamanya waktu ekstraksi yang dilakukan.

Estraksi Soxhlet
Dalam skala laboratorium, ekstraksi padat-cair dengan pemanasan yang sering digunakan adalah ekstraksi soxhlet. Pada ekstraktor soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke dalam kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam bentuk fasa cair. Kemudian, pelarut masuk ke dalam selongsong yang berisi padatan (sampel). Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama tingginya dengan tinggi pelarut selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan mengalir masuk kembali ke dalam labu didih dan kembali diuapkan. Proses ini akan berlangsung secara continyu sampai seluruh zat berhasil diekstrak.



Maserasi
Metode ekstraksi dengan maserasi ini digunakan untuk mengestraksi zat yang mudah rusak dengan pemanasan. Prinsip ekstraksi dengan metode ini yaitu dengan cara merendam sampel dengan pelarut dengan atau tanpa pengadukan pada suhu ruang. Metode ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan proses ekstraksi akan sempurna karena dapat diatur berdasarkan lamanya waktu perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut yang tepat akan memberikan efektifitas yang tinggi pada proses maserasi.

Perkolasi
Perkolasi merupakan proses ekstraksi dengan cara melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik yang diekstrak. Metode ekstraksi dengan perkolasi ini hanya efektif untuk jenis bahan dengan tingkat kelarutan yang sangat tinggi. Artinya, efektifitas proses ini hanya akan lebih besar jika senyawa organik yang ada dalam bahan atau sampel sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.


Sumber : Setyaningsih D, et al. 2013. Buku Penuntun Praktikum Teknologi Minyak Atsiri, Rempah dan Fitofarmaka. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar