Mei 15, 2013

Prospek Industri Olahan Kakao Semakin Nikmat


[JAKARTA] Prospek industri hilir kakao semakin bergairah. Penerapan bea keluar (BK) kakao sejak April 2010 telah mengundang perusahaan asing menanamkan modalnya ke Indonesia. Di tahun ini, setidaknya dua perusahaan pengolah kakao mulai beroperasi, yakni Barry Callebout dari Amerika Serikat dan JB Cocoa asal Malaysia.


Selain dua perusahaan itu, pada awal 2014 nanti akan beroperasi pabrik olahan kakao, yakni Grup Cargill. "Sedangkan perusahaan yang sudah ada seperti BT Cocoa dan Guan Chong juga berniat menambah kapasitas penyerapan biji kakao," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Piter Jasman, Selasa (12/2). Sedangkan kapasitas terpasang Barry Callebout dan JB Cocoa masing-masing 30.000 ton per tahun. Sementara kapasitas terpasang Cargill akan mencapai 60.000 ton per tahun. Tahun ini, BT Cocoa dan Guan Chong juga berniat menambah kapasitas penyerapan kakao seberat 20.000 ton.

Tahun ini, AIKI memproyeksikan produksi kakao olahan Indonesia 450.000 ton, naik 28,5% dibanding tahun lalu. Ekspor kakao olahan 2013 juga diprediksi naik menjadi 360.000 ton dibanding 2012 sekitar 280.000 ton. Piter khawatir, bila kemajuan di sektor hilir tidak didukung suplai bahan baku mencukupi, tidak mustahil pada 2014 Indonesia menjadi negara importir biji kakao. AIKI menghitung, kapasitas terpasang pabrik pengolah kakao Indonesia pada 2014 mencapai 510.000 ton. Padahal produksi biji kakao dalam negeri rata-rata hanya 500.000 ton setiap tahun.

Harga biji kakao dunia saat ini relatif stabil di kisaran US$ 2.200 per ton. Sementara harga kakao powder di level US$ 2.800 per ton, turun 44% dibanding tahun lalu. Adapun Harga kakao butter naik 105% menjadi US$ 4.500 per ton. Di saat industri hilir berdenyut, kinerja ekspor biji kakao Indonesia terus menurun. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memproyeksikan ekspor biji kakao tahun ini tak lebih dari 100.000 ton, atau turun 28% dibanding proyeksi tahun lalu.

Firman Bakri, Sekretaris Eksekutif Askindo mengatakan, penurunan volume ekspor biji kakao lantaran pabrik pengolahan kakao asing mulai beroperasi pada tahun ini. "Penyerapan kakao di dalam negeri menjadi meningkat," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar