September 25, 2012

Teknologi-Teknologi Proses Pengolahan Biodiesel



Transesterifikasi
Metode transesterifikasi merupakan metode yang umum digunakan dalam pengolahan biodiesel. Pada dasarnya, metode ini memiliki 4 tahapan proses, yakni :
  1. Pencampuran katalis alkalin (umumnya NaOH atau KOH) dengan alkohol (metanol atau etanol) pada konsentrasi katalis antara 0.5-1 wt% dan 10-20 wt% metanol terhadap massa minyak.
  2. Pencampuran alkohol dan katalis dengan minyak pada temperatur 550C dengan kecepatan pengadukan konstan selama 30-45 menit.
  3. Setelah reaksi berhenti, campuran didiamkan hingga terjadi pemisahan antara metil ester dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ini sering disebut dengan crude biodiesel karena masih mengandung zat-zat pengotor, seperti sisa metanol, sisa katalis alkalin, gliserol dan sabun.
  4. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ketiga dicuci menggunakan air hangat untuk memisahkan zat-zat pengotor dan kemudian dilanjutkan dengan drying untuk menguapkan air yang terkandung dalam biodiesel.

Esterifikasi
Jika bahan baku yang digunakan adalah minyak dengan kadar FFA tinggi (>5%), seperti mnyak jelantah, PFAD (palm fatty acid distilate), CPO low grade, dan minyak jarak, maka proses transesterifikasi yang dilakukan untuk mengkonversi minyak menjadi biodiesel menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, bahan-bahan diatas perlu melalui tahap proses pra-esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA hingga dibawah 5%.
Pada umumnya, proses esterifikasi menggunakan katalis asam, seperti asam sulfat dan asam klorida. Pada tahap ini akan diperoleh minyak dengan campuran metil ester kasar dan metanol sisa yang kemudian dipisahkan. Lalu, proses esterifikasi dilanjutkan dengan proses esterifikasi alkalin (transesterifikasi) terhadap produk tahap pertama diatas dengan menggunakan katalis alkalin. Pada proses ini digunakan katalis sodium hidroksida 1 wt% dan alkohol (umumnya metanol) 10 wt%. Kedua proses ini dilakukan pada temperatur 550C. Pada proses ini dihasilkan metil ester di bagian atas dan gliserol di bagian bawah. Kemudian dilakukan pemisahan antara metil ester dan gliserol. Setelah dipisahkan, metil ester kemudian dimurnikan dengan menggunakan air hangat dan dikeringkan untuk menguapkan kandungan air yang ada pada metil ester. Metil ester yang telah dimurnikan ini selanjutnya sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

Produksi Biodiesel Dengan Katalis Biologis (Biocatalyst)
Seperti namanya, katalis biologis, proses pengolahan minyak menjadi biodiesel ini menggunakan katalis dari makhluk hidup (mikroorganisme). Pengembangan katalis biodiesel ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta untuk menghilangkan terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam biodiesel kasar yang sering timbul pada proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis kimiawi.
Ada beberapa macam katalis biologis yang sedang dikembangkan oleh beberapa peneliti dari berbagai perguruan tinggi  dan lembaga penelitian, yaitu Candida antartica B, Rizhomucor miehei, dan Pseudomonas cepacia. Namun, penggunaan katalis biologis ini masih memilki kelemahan bila dibandingkan dengan katalis kimiawi karena harga katalis biologis yang masih mahal.

Produksi Biodiesel Tanpa Katalis
Pada proses produksi biodiesel tanpa katalis ini, proses transesterifikasi dilakukan pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi, yaitu sekitar 3500C dengan tekanan 43 Mpa. Proses ini sering disebut dengan proses transesterifikasi superkritik metanol. Rasio mol antara minyak dengan alkohol yang digunakan mencapai 1 : 42. Proses ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu tidak dipengaruhi oleh kondisi bahan karena asam lemak bebas (FFA) yang terkandung dalam bahan akan teresterifikasi menjadi metil ester secara simultan, tingkat konversi minyak menjadi metil ester tinggi, waktu proses lebih singkat, dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan air. Di dalam proses ini juga tidak ada sabun yang terbentuk sehingga mengurangi biaya pengolahan limbah. Namun, kelemahan dari proses ini adalah membutuhkan safety treatment karena prosesnya yang melibatkan suhu dan tekanan yang tinggi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, saat ini peneliti telah mengembangkan metode proses biodiesel tanpa katalis dengan menambahkan co-solvent CO2 yang berfungsi untuk menurunkan suhu dan tekanan pada saat proses transesterifikasi menjadi sekitar 2800C. Tidak hanya itu, proses pengolahan biodiesel tanpa katalis juga sudah dikembangkan dengan penggunaan reaktor kolom gelembung (bubble column reactor) yang dapat bekerja pada tekanan 1 atm dengan suhu sekitar 3000C. Hal ini berkorelasi positif dengan energi yang diperlukan dalam proses transesterifikasi menggunakan metanol superkritik.

Sumber : Hambali, Erliza, et al. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

September 24, 2012

MINYAK KELAPA SAWIT, SUMBER ENERGI TERBARUKAN


Minyak kelapa sawit diperoleh dari hasil pengolahan buah kelapa sawit segar dengan kandungan asam lemak yang bervariasi, baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya. Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar antara atom karbon C12-C20. Komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa sawit sangat menentukan sifat fisik dan kimianya.

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
Asam Lemak
Jumlah (%)
Asam kaprilat
-
Asam kaproat
-
Asam miristat
0,9 – 1,5
Asam palmitat
41,8 – 46,8
Asam laurat
0,1 – 1,0
Asam stearat
4,2 – 5,1
Asam palmitoleat
0,1 – 0,3
Asam oleat
37,3 – 40,8
Asam linoleat
9,1 – 11,0
Sumber : Hui, 1996

Tabel 2. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit
Sifat
Jumlah
Bilangan Penyabunan (mg KOH/ mg minyak)
190,1 - 201,7
Bilangan iod (wijs)
50,6 - 55,1
Melting point  (0C)
31,1 - 37,6
Indeks refraksi (500C)
1,455 - 1,456
Sumber : Hui, 1996
Kelapa sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak terefisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan bioenergi, yaitu biodiesel. Secara garis besar, minyak kelapa sawit dihasilkan dari pengolahan daging buah menjadi CPO (crude palm oil) dan pengolahan inti buah atau kernel yang menjadi PKO (palm kernel oil). 
Gambar 1. Buah sawit dan bagian-bagiannya
Produk-produk turunan minyak kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel di antaranya CPO ( crude palm oil ) CPO low grade ( kandungan FFA tinggi ), PFAD, dan RBD olein. Sebelum diolah menjadi biodiesel, CPO membutuhkan proses pemurnian (Degumming) yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang terdapat dalam minyak, seperti gum dan fosfatida. Secara umum, proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO dan PKO ditnjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 2. Diagram alir pengolahan minyak sawit



Gambar 3. Diagram alir pengolahan minyak menjadi biodiesel
Di Indonesia sendiri, perkebunan kelapa sawit sudah dikembangkan dalam skala besar dan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit terbesar. Oleh sebab itu, minyak kelapa sawit ini sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi bioenergi karena pasokan untuk bahan baku pembuatan biodiesel tersedia dengan cukup banyak di Indonesia.

BIODIESEL


               Apa itu biodiesel ? Apa kegunaannya ? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin akan kita ucapkan saat mendengar kata ‘biodiesel’. Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah biodiesel, baik di media cetak maupun media elektronik. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan biodiesel itu??
                Biodiesel merupakan bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel digunakan sebagai energi alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu, misalnya 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan B10 ( Hambali, 2007).
              Bahan bakar berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan. Selain itu, biodiesel juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan solar, yaitu :
  • Ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah ) sesuai dengan isu-isu global.
  • Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar.
  • Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable).
  • Merupakan energi yang dapat diperbarui karena bahan bakunya alami, yaitu dari minyak nabati.
  • Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.

     Pada prinsipnya, proses pembuatan biodiesel sangat sederhana. Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak dengan alkohol atau lebih dikenal dengan proses alkoholisis. Prosesnya sama seperti hidrolisis, hanya saja yang digunakan bukan air melainkan alkohol yang akan menggantikan gugus alkohol pada struktur ester minyak dengan bantuan katalis. Katalis yang biasa digunakan adalah NaOH dan KOH.




              Proses transesterifikasi bertujuan  untuk menurunkan viskositas atau kekentalan minyak  sehingga mendekati nilai viskositas minyak solar. Bila viskositas minyaknya tinggi, maka akan menyulitkan pemompaan/ pemasukan bahan bakar dari tangki ke ruang bahan bakar mesin dan menyebabkan atomisasi lebih sukar terjadi. Hal ini mengakibatkan pembakaran kurang sempurna dan menimbulkan endapan pada nosel.

BIOENERGI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

           Beberapa tahun belakangan ini, konsumsi BBM di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya jumlah kendaraan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, Indonesia harus mengimpor dari negara lain. Namun, beberapa tahun terakhir ini, harga minyak dunia melambung tinggi yang menyebabkan harga BBM di dalam negeri juga meningkat. Subsidi BBM yang dilakukan pemerintah pun hanya sedikit membantu menutupi tingginya harga minyak dunia saat ini. Kondisi ini pun semakin diperparah karena dengan meningkatnya harga minyak dunia, harga BBM di dalam negeri juga ikut meningkat dan berimbas pada peningkatan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Alhasil, meningkatnya harga minyak tersebut juga meningkatkan angka kemiskinan di negara ini. Untuk mengatsi masalah tersebut, kini pemerintah mulai gencar mengembangkan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yaitu salah satunya penggunaan bioenergi. 
     Bioenergi merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang bersumber dari makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Bioenergi ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena Indonesia kaya akan sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Selain itu, bioenergi juga memeiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar fosil, yaitu dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinuiatas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang cukup sederhana, yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan memelihara ternak. Banyak tanaman yang dapat dijadikan bahan baku bioenergi, seperti kelapa, kelapa sawit, sagu, singkong, jarak pagar, jagung dan tebu. Selain itu, dari kotoran hewan pun dapat dijadikan bahan baku bioenergi seperti biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi atau kerbau. 
         Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bioenergi bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita kenal saat ini ada dua bentuk, yaitu tradisional dan modern. Bioenergi tradisional yang sering kita jumpai yaitu kayu bakar, sedangkan bioenergi yang lebih modern di antaranya bioetanol, biodiesel, PPO ( Pure Plant Oil), minyak bakar dan biogas.Jalur konversi biomassa menjadi berbagi jenis bioenergi ditunjukkan oleh gambar berikut ini. 
  
Gambar 1. Jalur konversi biomassa menjadi bioenergi
   Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan energi alternatif terbarukan. Dengan melihat kondisi alam Indonesia, pengembangan energi terbarukan ini sangat prospektif sekali karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioenergi.

September 12, 2012

BIOTEKNOLOGI : Mengoptimalkan Manfaat Keanekaragaman Hayati Melalui Teknologi DNA Rekombinan

Istilah bioteknologi pertama kali dikenalkan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria, pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan bit gula sebagai sumber pakannya. Sampai tahun 1970-an, bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering) dan pada umumnya kuliah-kuliah yang berhubungan dengan bioteknologi juga diberikan oleh jurusan Rekayasa Kimia atau Rekayasa Biokimia.
Suatu proses industri bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk, pada dasarnya terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :
1.       Proses hulu
Melibatkan serangkaian perlakuan bahan mentah sehingga dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sasaran.
2.       Fermentasi dan transformasi
Penumbuhan mikroorganisme sasaran dalam bioreaktor besar (biasanya lebih dari 100 liter) yang diikuti dengan produksi (hasil biotransformasi) bahan yang diinginkan. Misal, antibiotik, asam amino, enzim, atau asam-asam organik.
3.       Proses hilir
Pemurnian senyawa atau bahan yang diinginkan dari medium fermentasi atau massa sel.
Dari keseluruhan proses industri bioteknologi, bagian biotransformasi merupakan komponen yang paling sulit dioptimalkan secara sistematis.  Pada umumnya, galur-galur mikrob yang diisolasi dari alam tidak optimal untuk dipakai langsung dalam industri bioteknologi. Oleh karena itu, induksi mutasi melalui mutagenesis kimia atau radiasi ultraviolet digunakan untuk mengubah secara acak susunan genetik suatu galur mikrob dengan harapan dapat diperoleh galur yang profilnya lebih optimal. Contohnya, dalam produksi asam sitrat digunakan Aspergillus niger yang mampu memproduksi asam sitrat dengan rendemen tinggi. Tetapi, untuk fermentasi media padat, spora kapang ini dapat menimbulkan masalah medis yang relatif sulit penanganannya di lapangan. Sementara itu, mutasi acak untuk meniadakan spora dari Aspergillus niger tanpa menurunkan rendemen asamnya sangat sulit sekali dilakukan tanpa melewati batas-batas biologi Aspergillus niger.
                Perbaikan genetik secara tradisional (mutasi acak) sangat memakan waktu, tidak dapat diprediksi hasilnya, dan menjadi mahal karena banyaknya galur atau mutan yang harus diseleksi, ditapis, dan selanjutnya diuji kemampuannya untuk keperluan tertentu. Untuk itulah diperlukan suatu cara khusus yang lebih efektif dan tidak memakan waktu yang lama dalam melakukan perbaikan genetik, yaitu dengan melakukan teknologi DNA rekombinan. Dengan teknologi DNA rekombinan tidak saja mampu melakukan perbaikan galur dengan tepat dan dapat diprediksi, tetapi juga dapat mengkonstruksi galur baru dengan bahan genetik tambahan yang tidak pernah ada pada galur asalnya. Dalam kasus produksi asam sitrat, misalnya kita dapat memindahkan gen-gen kunci untuk biosintesis asam sitrat dari Aspergillus niger ke dalam kapang lain atau bakteri sehingga lebih memudahkan penanganan pada proses hilirnya atau menghindari masalah adanya spora.
                Istilah teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika secara ringkas dapat diartikan sebagai teknik molekuler yang presisi yang mampu mengubah suatu molekul DNA, atau menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber yang berbeda. Rekombinasi DNA dilakukan dengan menggunakan enzim restriksi dan ligase yang dapat melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA dengan tepat dan dapat diprediksi. DNA rekombinan selanjutnya dimasukkan ke dalam organisme sasaran melalui introduksi langsung (transformasi) melalui virus, atau bakteri.
                Sebagai contoh, gen penyandi antibodi dari manusia dapat dipindahkan ke tanaman tembakau sehingga kita dapat memanen antibodi bukan dari hewan percobaan, yang sering kali kurang disukai oleh kelompok pecinta binatang, tetapi langsung dari ekstrak daun tembakau. Kemampuan memindahkan gen dari satu organisme ke organisme lain tanpa batasan taksonomi memungkinkan kita dapat memanfaatkan sumber daya alam yang luar biasa, yaitu keragaman hayati (biodiversity) dan tentu  saja usaha itu dapat dilakukan dengan dampak yang minimal bila kita mau belajar dari kearifan proses-proses biologi yang mendasari keragaman tersebut.
Sumber     : Erizal, dkk. 2007. Pengantar Ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor : PT. Pustaka Litera AntarNusa

September 08, 2012

Jadikan Alam Raya Sebagai Guru Besar Kehidupan

Dikisahkan tatkala seorang guru sufi mendekati penghujung usia, salah seorang murid yang teramat mengaguminya bertanya kepadanya, “Guru, siapakah sesungguhnya yang telah menjadi guru Anda? Yang telah banyak mengajari ilmu pengetahuan?”
     Dengan santun sang guru menjawab, “Dalam hidup ini, aku memiliki ribuan guru yang tak mungkin aku sebutkan satu per satu kepadamu karena akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyebutnya, bisa berbulan-bulan, bertahun-tahun dan sudah tidak ada waktu lagi untuk menjelaskannya. Namun begitu, aku akan menceritakan beberapa di antara mereka kepadamu.
    “Salah satu di antara mereka adalah seorang pencuri. Suatu ketika, aku tersesat di gurun pasir dan ketika itu aku tiba di suatu desa, karena larut malam, maka semua tempat telah tutup. Tetapi, akhirnya aku menemukan seorang pemuda yang sedang melubangi dinding pada sebuah rumah. Lantas, aku bertanya kepadanya, “Dimana aku bisa menemukan penginapan? Lalu, dia berkata, “Sulit untuk menemukannya pada saat larut malam seperti ini, kalau mau engkau bisa menginap bersama ku, tetapi jika itu pun engkau mau menginap bersama seorang pencuri seperti ku.” Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya aku pun ikut menginap di rumah pencuri tersebut.
    “Sungguh menakjubkan pemuda ini. Aku menetap bersamanya selama satu bulan dan setiap malam ia akan berkata kepadaku, ‘Sekarang aku akan pergi bekerja, engkau beristirahat dan berdo’a saja di rumah. Ketika dia kembali dari pekerjaanya (pencuri), aku pun bertanya,’Apakah engkau mendapatkan sesuatu?’ Dia menjawab, ‘Tidak malam ini, tetapi besok aku akan mencobanya kembali. Jika Tuhan berkehendak, besok aku pasti akan mendapatkan yang ku inginkan. Dia tidak pernah berputus asa dan patah semangat untuk mendapatkan yang ia cari dan walaupun pekerjaannya adalah seorang pencuri, ia tetap yakin bahwa Tuhan telah mengatur rezeki untuknya. (tapi jangan ditiru perbuatan mencurinya ya sobat,.hehe)

“Guruku yang lainnya adalah seekor anjing. Ketika aku pergi ke sungai, aku mendapati seekor anjing yang tengah kehausan. Pada saat anjing tersebut melihat ke air untuk meminumnya, ia melihat ada anjing lainnya di sana, yakni bayangannya sendiri dan anjing itu pun ketakutan.Anjing itu kemudian menggonggong dan berlari menjauhi sungai. Tetapi, karena begitu hausnya, anjing itu pun kembali lagi. Akhirnya, terlepas dari rasa takutnya, ia langsung melompat ke airnya, dan hilanglah bayangannya. Melihat kejadian itu, aku pun menyadari sebuah pesan datang dari Tuhan : “Ketakutanmu hanyalah bayangan, ceburkan dirimu ke dalamnya, pasti rasa takutmu itu akan hilang persis seperti yang dilakukan oleh anjing tersebut.

“Guru yang selanjutnya adalah pohon pisang. Mengapa pohon pisang??? Bila kita perhatikan secara seksama, pohon pisang akan terus bertunas bila belum berbuah. Meski kita menebasnya berkali-kali, namun tetap saja pohon pisang itu hidup dan bertunas kembali. Tetapi, bila ia telah berbuah, cukup satu kali tebas saja, pohon pisang itu akan mati. Lalu, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari pohon pisang tersebut? Ya, seharusnya kita hidup di dunia ini dapat mencontoh pohon pisang tersebut. Jangan pernah berhenti sebelum berakhir atau matilah engkau setelah memberikan manfaat kepada orang lain, persis seperti pohon pisang yang memilki karakter unik, ‘Bila belum berbuah, meski ditebas berkali-kali akan tetap kembali tumbuh sampai ia berbuah.’




Dikutip dari buku “The Islamic Golden Rules : 17 Aturan Emas Meraih Puncak Kesuksesan dan Kejayaan”, karya A. Mujib El Shirazy.

September 06, 2012

“Terpaksa” Yang Membawa Berkah


Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya “terpaksa”, ntah itu pada saat yang menguntungkan ataupun saat-saat yang tidak diharapkan. Tapi, tahukah anda, tidak selamanya keterpaksaan itu bersifat negatif, ada kalanya dengan keterpaksaan tersebut seseorang malah memperoleh hal yang tidak pernah diduga sebelumnya. Lah koq bisa??? Yang namanya terpaksa itu mana ada enaknya. Mungkin itulah hal yang muncul dibenak kita bila kita megalami hal tersebut. Daripada bingung, mending kita langsung aja yuk lihat beberapa kasus yang karena keterpaksaan malah menjadikan hal yang positif,..
“Ada seorang mahasiswa yang kuliah disalah satu perguruan tinggi ternama di pulau Jawa, sebut saja Mr. X,..hehee, kayak nama buronan gitu.  Mr. X adalah mahasiswa yang sangat pemalu dan gak percaya diri. Suatu ketika, dia mendapatkan tugas dari dosennya untuk presentasi di depan kelas untuk memenuhi salah satu tugasnya. Walah, gimana jadinya yak?? Mr. X kan pemalu dan kurang PD gitu. Jangankan presentasi, bertanya pada saat kuliah aja dia gak berani. Alhasil, Mr. X pun kelimpungan dan sangat takut kalau-kalau dia benar-benar gak bisa presentasi. Kalo gak presentasi, dia ga bakalan lulus di mata kuliah tersebut, tapi dia juga belum pernah neh presentasi sebelumnya di depan kelas. Tetapi ternyata Mr.X ini bukan tipe orang yang gampang menyerah ( hehe, mantabb.,maju terus pantang mundur..). Kemudian Mr. X pun memberanikan diri untuk minta bantuan ama temannya yang jago presentasi buat ngajarin dia gimana cara presentasi yang baik dan benar (udah kayak EYD aja, yang baik dan benar, hahaa).
Akhirnya, setiap habis kuliah, dia pun selalu ke kosan temannya untuk belajar presentasi. Mr. X pun di ajarin gimana cara presentasi dan poin-poin apa aja yang harus dijelaskan pada saat presentasi. Gara-gara takut ga lulus, terpaksa mau gak mau dia harus belajar presentasi juga.  Tiap hari, pagi siang malam ( walah, udah kayak minum obat aja neh Mr. X, haha) ia terus berlatih dan belajar presentasi ama temannya tadi tu. Akhirnya, tibalah saat-saat yang sangat ia takutkan, presentasi di depan kelas. Jeng-jeng....dag-dig-dug dooorrr,...jantung Mr.X pun berdegub sangat kencang saat dia berada di depan kelas. Namun, ia teringat akan apa yang telah dipelajarinya. Dia pun berusaha tenang dan stay cool..hahaa. Alhasil, Mr.X pun berhasil presentasi di depan kelas dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari dosen dan teman-teman kelasnya. Dan setelah lulus, ga disangka-sangka, si Mr.X malah menjadi pembicara yang hebat dan sering tampil diberbagai stasiun TV lokal.,,(wauu,..hebat ya,.gara-gara terpaksa harus presentasi, eh ga taunya malah jadi singa mimbar yang hebat, salut dah buat Mr. X, hehe)
Nah, kisah di atas cuma sebagian contoh kecil dari keadaan terpaksa yang dapat membawa berkah. Jadi, buat teman-teman, Mbak Bro dan Mas Bro sekalian, keadaan terpaksa itu gak selamanya menyakitkan, terkadang kita harus menciptakan keadaan terpaksa dalam diri kita agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.